Friday, January 15, 2010

Bakti Syeikh Abdurrahman bin Nasir Al-Barrak Pada Ibundanya

Syeikh Abdurrahman bin Nasir Al-Barrak[1] ialah salah seorang ulama Arab Saudi saat ini. Di sini, dipaparkan kisah betapa berbaktinya syeikh terhadap ibundanya dan syeikh hafizahullah

telah mencontohkan teladan yang sungguh ajaib dalam berbakti, terkhusus di zaman sekarang ini. Ibunda syeikh telah wafat sekitar 5 tahun silam. Berikut beberapa kisahnya tanpa perincian yang luas:

1. Syeikh Abdurrahman Al-Barrak hafizahullah dikenal hanya sedikit pergi haji. Sebabnya adalah tidak adanya persetujuan ibundanya rahimahallah. Beliau mulai berhaji lagi sejak Ibunya lemah ingatannnya dan bercampurnya sebahagian hal sehingga menjadi memberikan izin baginya untuk pergi haji

2. Syeikh Al-Barrak tidak pergi safar kecuali setelah diberi izin ibundanya.Suatu waktu,terjadi suatu permasalah di kampung halaman beliau di Albakiriyah daerah Al Qosim.Penduduk daerah tersebut meminta Syaikh untuk datang agar membantu menyelesaikan masalah tersebut karena kedudukan Syaikh yang berpengaruh dikalangan mereka.Maka Syaikh menyetujuinya untuk pergi asalkan dengan syarat jika diizinkan Ibunya.Maka sebagian sebagian saudara ibunya berbicara kepada Ibu Syaikh ,dan karena segan maka kemudian diizinkanlah Syaikh Al Barrak.Setelah saudara-saudara Ibunya pergi,maka sang Ibu berkata pada Syaikh Abdurahman bin Nashir Al Barrak :”Saya menyetujuinya karena mereka terus menerus meminta padaku”.

3. Syaikh Abdurrahman dalam safarnya ke Mekah dalam liburan musim panas tidaklah terputus dari menelepon ibunya. Tidak kurang dari dua kali menelepon ibunya dalam sehari.Bahkan beliau sempat memutuskan pelajaran yang sedang disampaikan dimana saat itu kami sedang membacakan kitab pada beliau di Masjidil Haram ,Syaikh menelepon ibunya dan kemudian disambung lagi pelajaran saat itu

4. Ibunda Syaikh tidaklah terus menerus tinggal bersama Syaikh.Berpindah-pindah,terkadang tinggal di rumah Syaikh namun terkadang di rumah anaknya yang lain (saudara kandung Syaikh).Tatkala tinggal dirumah Syaikh ,maka Syaikh Al Barrak tidak tidur dengan istrinya,tapi tidur bersama Ibunya dikamar Ibunya dengan maksud siap sedia memenuhi segala permintaan Ibunya

5. Diantara bentuk memenuhi hajat Ibunya,adalah Syaikh Al Barrak senantiasa berdiri menuntun memegangi tangan ibunya,karena Ibunya sudah lambat dalam berjalan.Syaikh mengantar untuk pergi ke kamar mandi sampai ibunya duduk dikursi khusus baginya.Kemudian Syaikh menunggu hingga ibunya menyelesaikan keperluannya di kamar mandi,setelah itu Ibunya diantar lagi ketempat semula.Ini semua dilakukan Syaikh,walaupun ada anak-anak perempuan Syaikh dan istrinya

6. Diantara bentuk bakti yang lain, Syaikh Abdurrahman Al Barrak hafidzahullah tidak pernah memutus kebiasaan Ibunya.Saya pernah membaca kitab dihadapan beliau disuatu hari dipelataran rumah beliau dipintu masuk khusus laki-laki.Pelajaran yang disampaikan Syaikh di sore hari biasanya tidak terputus kecuali apabila terdengar adzan maghrib.Tatkala menjelang adzan maghrib beliau meminta saya keluar dari rumah.Ini bukanlah kebiasaan Syaikh sebelumnya.Setelah Isya tiba-tiba Syaikh meneleponku di rumah,beliau meminta maaf dari kejadian dihari itu dan memberitahu bahwa dilakukannya hal tersebut karena Ibunya punya kebiasaan berwudhu untuk shalat maghrib di keran air disebelah pintu dimana kami tadi berada.

7. Syaikh Al Barrak sangat memperhatikan keinginan Ibunya.Adalah kebiasaan Syaikh bermajlis dengan tamu-tamunya hingga adzan tiba kemudian mereka keluar untuk sholat.Namun jika sedang ada ibunya ,maka Syaikh akan berdiri sebelum adzan tiba karena hal ini kesukaan Ibunya yang sholehah

8. Tatkala semakin parah sakit yang dialami ibunya,maka Syaikh berusaha mengobatinya,beliau tidur bersamanya serta memberinya makanan dan minuman.Bahkan Syaikh kami ini apabila selesai sholat shubuh dari masjid,beliau menyiapkan minuman ,kemudian memberikannya kepada Ibunya,atau terkadang mendinginkan minuman tersebut untuk ibunya.Semua ini dilakukan beliau dengan keadaan beliau yang buta matanya.Setelah itu beliau kembali ke masjid untuk menyampaikan kajian shubuh


[1] Usia Syeikh Abdurrahman bin Nasir Al-Barrak hafidzahullah saat ini 78 tahun.Beliau sudah menjadi yatim sejak balita,yakni saat umur setahun.Diusia 10 tahun beliau terkena penyakit dimatanya sehingga tidak bisa melihat sampai saat ini.Diantara guru beliau yang sangat berpengaruh adalah Al Allamah Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, dimana lebih dari 50 tahun belajar dengan beliau rahimahullah.Syaikh Ibn Baz seringkali meminta beliau untuk masuk lembaga fatwa namun ditolaknya.Syaikh bin Baz pun ridho pada Syaikh Al Barrak untuk menggantikannya berfatwa di Darul Ifta di Riyadh di saat musim panas tatkala para mufti pindah tempat ke kota Thaif, Syaikh Nashir Al Barrak ini dengan malu memenuhinya,namun itu dilakukan hanya dua kali,setelah itu ditinggalkannya.Setelah wafat Syaikh Bin Baz, seringkali Syaikh Alu Syaikh mufti sekarang meminta dengan sangat agar beliau menjadi anggota lajnah ifta namun beliau keberatan untuk memutus pelajaran yang biasa beliau sampaikan di masjid.

Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (5 of 8)

Di buku “Becoming A Star” dan “One Million 2nd Chances”, Mario Teguh menasihatkan banyak hal dengan penuh kebijakan. Marilah bersama-sama kita serap, perindah dan refleksikan.


Kehidupan ini adalah sebuah reality show yang tidak satu orang pun di antara kita akan berhasil keluar dengan tetap membawanya (maksudnya membawa serta kehidupan, karena kita akan mati), dan tidak akan ada lagi kesempatan untuk memperbaikinya nanti sesudah selesai (maksudnya sesudah meninggal).


Maka, marilah kita penuhi hidup ini dengan pemungkin keberhasilan, sekarang dan sesegera mungkin. Nikmatilah hidup ini, dan nikmatilah dengan memungkinkan diri ini mencapai kualitas tertinggi dari yang bisa kita capai, menyampaikan nilai pelayanan terbaik dari yang bisa kita berikan kepada sebanyak mungkin orang, dan menikmati proses itu semua dengan keseimbangan yang membahagiakan.


Jadikanlah diri kita sebuah pribadi yang kehadirannya dalam reality show ini menjadi berkah bagi mereka yang bertemu dan yang mengenal kita. Jadilah sebuah pribadi yang bersyukur karena telah diijinkan hidup dalam sebuah diri yang baik, yang berkualitas, dan yang membangun nilai dirinya melalui kegunaan bagi orang lain.


Kehidupan adalah sebuah permainan yang sangat serius. Dan seperti semua permainan, hidup ini punya ketentuan dan peraturan-peraturannya sendiri; yang tidak selalu jelas bagi mereka yang sedang berkutat di dalamnya, tetapi yang tertulis dan terkatakan dengan jelas bagi mereka yang berusaha mengerti.


Dalam saat-saat penuh keraguan dan ketakutan seperti saat ini, saat doa dan permintaan seolah tak terdengar, saat harapan tertiup cepat menjauh; hati ini demikian penuh dengan perasaan yang tak terjelaskan, mencari sesuatu untuk diyakini, dan mulut ini menuturkan kata-kata yang sebelumnya tak terpikirkan untuk dikatakan. Akan ada keajaiban, bagi kita bila kita percaya. Meskipun harapan kita lemah, tetapi harapan itu sulit digerus. Entah keajaiban apa yang akan kita capai bila kita percaya. Tetapi, pasti akan datang kepada kita sebuah keajaiban, bila kita percaya.


Dalam kerajaan pikiran, yang kita percaya sebagai yang nyata, bisa memang sebuah kenyataan, atau kitalah yang menjadikannya kenyataan. Kita akan dengan mudah sekali mempercayai yang kita harapkan akan terjadi. Telah sering terjadi, kita hanya mendengar yang ingin kita dengar, dan melihat yang ingin kita lihat.


Maka, bila kita percaya bahwa diri kita tidak beruntung, sebetulnya tanpa kita sadari, kita bersikap seperti kita mengharapkan putusnya keberuntungan kita sendiri. Yang kita harapkan akan menjadi keyakinan kita. Yang kita yakini akan menjadi harapan kita. Maka berhati-hatilah dengan apa yang kita harapkan.


Mengapakah kita gunakan pikiran dengan cara-cara yang bertentangan dengan kepentingan kita untuk berhasil? Ketahuilah bahwa apa pun yang menjadi perhatian kita, akan tumbuh membesar dan menguat, hingga ia mencapai kewenangan yang dapat memaksa kita untuk hanya memperhatikannya. Maka sebetulnya mudah bagi kita untuk mencapai keajaiban yang kita rindukan itu, bila kita temukan bibit-bibit kebaikan untuk kita jadikan pusat perhatian.


Pelajarilah apa yang benar, agar mudah bagi kita untuk berlaku benar. Awalilah dengan mengupas kerak pelajaran masa lalu yang terbukti menjauhkan kita dari kebaikan. Mempelajari yang benar—sebetulnya, adalah urutan perilaku bersungguh-sungguh untuk melepaskan ikatan-ikatan yang melumpuhkan. Janganlah memikirkan sesuatu yang tidak memuliakan, karena pikiran kita akan menjadi keyakinan. Kemudian keyakinan akan memilihkan kita, kata-kata dan tindakan kita; padahal kata-kata dan tindakan kitalah yang akan menjadikan masa depan kita. Pikiran adalah awal dari masa depan.


Dahulukanlah yang seharusnya kita dahulukan. Perhatikanlah awal dari semua kesulitan kita. Mereka selalu berasal dari kita tundanya tindakan yang seharusnya kita dahulukan. Lalu, perhatikanlah bagaimana kita mendahulukan yang seharusnya terakhir, atau mengadakan yang seharusnya tidak ada. Bukankah banyak penyesalan kita yang berasal dari kelemahan kita untuk melakukan yang seharusnya kita lakukan, saat ia masih mudah untuk dilakukan? Juga karena kita tidak menyegerakan melakukan sesuatu sekarang, karena kita mengira bahwa keadaan kita tidak akan memburuk?


Sayangilah diri kita, dan perbaikilah pikiran kita. Lakukanlah apa pun, selama yang kita lakukan menghindarkan kita dari keadaan yang lebih sulit. Perhatikanlah, bagi seorang yang sedang tenggelam, gerakan apa pun yang dilakukannya, selain gerakan tenggelam adalah gerakan penyelamatan. Dan bila ia kemudian selamat, dan menyebut keselamatannya sebuah keajaiban—sebetulnya dialah yang menyebabkan keajaiban itu. Tentunya secara hakikat adalah pertolongan dari Beliau Yang Maha Membantu.


Hidup ini bersikap ramah kepada kita yang bersungguh-sungguh untuk mencapai kemenangan, dan bersikap keras kepada mereka yang tidak terlibat secara sadar dalam prosesi kehidupan. Yang menyedihkan bagi para pemerhati adalah bila mereka yang dikerasi oleh kehidupan agar sadar, ternyata menerima kesulitan hidup sebagai nasib buruk, seolah-olah upaya mereka tidak akan mendatangkan perubahan. Seandainya saja mereka mau mendorong diri mereka untuk mencoba, untuk berjuang dalam perjuangan yang benar, tidak membiarkan diri mereka menua tanpa guna, dan melibatkan diri dalam pertarungan-pertarungan kecil yang tidak bernilai.


Daftar Pustaka :

  • Mario Teguh, “Becoming A Star [Personal Excellence Series]”, PT Syaamil Cipta Media, Februari 2005/Muharam 1425 H
  • Mario Teguh, “One Million 2nd Chances [Personal Excellence Series]”, Penerbit Progressio, November 2006


Tulisan ini lanjutan dari : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (4 of 8)
Tulisan ini berlanjut ke : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (6 of 8)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

Wednesday, January 13, 2010

Sekelumit Kisah Kecekalan Syeikh Al-Albani

Perpustakaan Az-Zahiriyah dimana Syeikh Al-Albani banyak menghabiskan waktunya untuk menelaah kitab, terkadang di meja khususnya di antara pengunjung dan terkadang membaca buku di tangga-tangga perpustakaan. Dan menurut anak beliau, Abdul Latif, beliau sering lupa makan dihari itu.

Dalam sebuah kaset ceramah milik Syeikh Abu Ishaq Al-Huwainy yang berjudul “Ainal Ulama Ar-Rabbaniyun?”, beliau menceritakan tentang ujian yang pernah menimpa guru beliau Syeikh Al-Albani rahimahullah. Inilah cerita beliau:

Para ulama Rabbani dalam mengubah masyarakat itu sungguh berat, kerana mereka memiliki dua tanggungjawab besar, yakni :

  • Membersihkan khurafat yang tertanam di jiwa-jiwa manusia dan
  • Menancapkan Islam yang sahih pada jiwa mereka.

Dan tatkala para alim Rabbani memikul tanggungjawab yang berat sekali itu, merekapun juga diuji oleh berbagai tuduhan yang disebabkan dari pemelintiran ucapan mereka serta penyebaran berbagai berita dusta. Hampir-hampir tidak selamat seorangpun dari alim Rabbani dari hal seperti ini sebagaimana dicatat dalam sejarah.

Cukup sebagai contoh adalah Syeikh Nasiruddin Al-Albani, seorang ulama hadis abad ini rahimahullah taala.

Syeikh Al-Albani adalah orang yang sangat banyak sekali dinisbatkan kedustaan padanya, padahal tidak pernah beliau katakan. Kerana sebab kedustaan-kedustaan itulah beliau pernah dicekal di sejumlah negara. Maka tidaklah engkau lihat beliau memiliki suatu negeri ataupun tempat tinggal. Hidup beliau diakhir masa hidupnya sengsara sekali. Seorang alim semisal beliau terpaksa mengungsi. Kerana beliau berpendapat haramnya safar ke negeri kafir, maka beliau tidak pergi ke Amerika atau Perancis atau yang lainnya. Dan kalau tidak berpendapat demikian, mungkin beliau akan mendapatkan kebebasan besar di negara-negara tersebut.

Selama 6 bulan terkatung-katung nasibnya di perbatasan UEA! Beliau dilarang masuk ke sana! Juga dilarang memasuki Kuwait! Dan juga memasuki Saudi! Dilarang memasuki Suriyah. Lantas bagaimana beliau akan tinggal?

Dan tidaklah beliau bisa tinggal di Jordan saat itu kecuali dengan tazkiyah (rekomendasi) khusus dari salah seorang murid beliau, yakni Syeikh Muhammad bin Ibrahim Syaqrah, wakil kementrian waqaf sekaligus Imam Masjid Dar Ash Shofwah.

Syeikh Ibrahim Syaqrah ini kemudian menemui Raja Husain secara peribadi memintanya membolehkan Syeikh Nasiruddin Al-Albani tinggal di Jordan. Itupun dengan kesepakatan agar beliau tidak ditemui seorangpun saat itu. Dan juga mereka kemudian memaksa menulis di pintu rumah (vila) Syeikh Al-Albani dengan tulisan “Dilarang didatangi lebih dari dua orang!”. Jika ingin berjumpa harus melalui perjanjian melalui telefon.

Dan dihari-hari pertama mereka sangat mempersempit sekali kepada Syaikh Albani,akan tetapi dihari-hari belakangan mereka melupakannya hingga tidak ketat lagi dengan aturan-aturan ini.

Tatkala aku menemui Syeikh Al-Albani di Amman, beliau mengundang sejumlah relasi untuk makan dan kebetulan aku disana. Kami saat itu berjumlah 25 orang dan kukatakan pada syeikh: "Wahai Syaikh, bukankah ada semacam banner peringatan bahawa dilarang masuk lebih dari dua orang?” Syeikh Al-Albani berkata dengan cepat: "Mereka masuk dua orang dua orang saja!"

Beliau yang alim ini tidak mendapatkan baginya tempat yang nyaman. Sebelumnya mereka pun melarang durus beliau di Masjib Umar di Zurqa, hingga beliau tidak memiliki tempat untuk memberi pelajaran kepada talabul ilmi kecuali dirumah salah seorang mereka setelah solat isyak.

Saat diselenggarakan Muktamar Assunnah dan Sirah Nabawiyah di Mesir, mereka tidak mengundang Syeikh Al-Albani, padahal beliaulah orang paling besar saat itu jasanya kepada kaum muslimin di abad ini bagi sunnah dan sirah nabawiyah. Dan mereka tidak mengundang Syeikh Al-Albani misalnya dengan mengatakan: "Kemarilah akan kami muliakan engkau”, tidak ada salah satu anggota pertemuan itu yang berbicara demikian.

Adalah semisal mereka para ulama Rabbani ini, lihatlah muamalah kepada mereka! Bagaimana mungkin kaum muslimin bisa mendapatkan manfaat dengan ilmu mereka sedang mereka diusir diberbagai negeri!?. Bahkan yang lebih aneh lagi, sejumlah kitab-kitab ulama diberbagai perpustakaan dilarang, buku Tahzir As-Sajid, buku Hurmatut Tashwir karya Syeikh Al-Albani dan Syeikh bin Baz dan sejumlah ulama, Tahqiq Syarh At-Thahawiyah, mengapa wahai saudara-saudara kami? Mereka mengatakan bahawa ini kitab terlarang, Al-Azhar telah memutuskan bahawa kitab-kitab tersebut terlarang! Bagaimana bisa terlarang? Apakah kerana karya dan peneliian dari Al-Albani? Beginikah bermuamalah dengan ulama-ulama Rabbani?

Toggle