Friday, December 25, 2009

Riwayat Cinta Rasulullah SAW, Sahabat Nabi dan Ulama'

Pada Aisyah, Ia Dapati Rehat Penuh Cinta

Orang yang lebih tampan dari dirimu, belum pernah mata ini melihatnya
Orang yang lebih sempurna darimu, belum pernah dilahirkan wanita
Engkau diciptakan bersih dari semua cacat dan noda
Seolah kau dicipta, sepert
i yang kau suka
(Aisyah radiyallahu 'anha)

Inilah syair yang digubah Aisyah untuk suami tercinta, Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam. Aisyah, selalu menghadirkan keceriaan di tengah tugas-tugas berat Rasulullah memikul amanah risalah akhir zaman.

"Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam biasa meletakkan kepala di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca al-Quran." (Riwayat Abdurrazaq)

"Dari Aisyah, sesungguhnya suatu kali Rasulullah memegang erat tangannya sambil berkata, "Seandainya kaummu mahu mengerti...Dahulu Kaabah roboh oleh banjir. Kalau saja bukan kerana mereka baru saja lepas dari kemusyrikan, nescaya aku bangun Kaabah di atas dasar-dasar yabg dibangun Ibrahim dan Ismail. Kupasangkan batu itu (hijr Ismail) padanya kerana memang bahagian darinya. Aku telah meletakkan di tempat tersebut dua pintu yang aku letakkan dekat tanah. Tetapi kaumu mengangkat pintunya agar tak ada yang bisa masuk kecuali yang mereka kehendaki... (Riwayat Ibnu Asakir)

Pada Nailah, Kita Belajar Ketulusan

Tamadhar, isteri mulia, Abdurrahman ibn 'Auf berkata kepada Usman ibn Affan Radiyallahu 'anhu, "Bersediakah engkau menikah dengan puteri pamanku, seorang gadis yang cantik, tubuhnya padat, pipinya lembut dan fikirannya cerdik?"

"Insya Allah", jawab Usman, "Siapakah dia?"

"Nailah binti al-Farafishah al-Kalbiyah"

Sesudah menikah, Usman bertanya pada Nailah, "Pastinya kau tidak suka melihat ketuaanku ini?"

Nailah tersenyum dan menunduk sambil berkata, "Saya termasuk wanita yang lebih suka memiliki suami lebih tua."

"Tapi aku telah jauh melampaui ketuaanku?"

Kembali Nailah tersenyum dan berkata, "Tapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam. Dan itu jauh lebih aku sukai dari segala-galanya."

Waktu berlalu, hari berganti dan bulan terus berjalan, Nailah yang telah melahirkan Maryam dan Anbasah binti Usman dari pernikahan ini tetap setia mendampingi suami tercinta. Hingga ketika hari itu tiba, saat pasukan pembangkang mengepung rumah Usman, lalu mereka menerobos masuk dan mendapati beliau sedang tilawah. Tanpa menggubrisnya mereka mengayunkan pedang-pedang terlaknat ke tubuh tua beliau. Nailah, sang bidadari, segera menjatuhkan tubuh ke pangkuan Usman untuk melindunginya. Dan, ya.., jari-jari tangan perempuan tulus itu putus.

Ketika akhirnya Usman wafat dalam kemuliaan, Muawiyah ibn Abu Sufyan mengirim utusan untuk meminang Nailah. Tapi apa jawaban Nailah? "Tidak mungkin ada seorang manusia pun yang bisa menggantikan kedudukan Usman di dalam hatiku."

Apakah faktor usia memang tidak akan menjadi masalah dalam pernikahan? Tergantung, jawabnya ada pada masing-masing kita. Di kisah ini, Usman berusia 81 sedang Nailah 18. Ternyata Nailah membuktikan ketulusan cintanya.

Jangan difikir hanya lelakinya yang selalu lebih tua. Zaid ibn Haritsah, semula adalah putera angkat Rasulullah, menikah dengan Ummu Aiman yang merupakan pengasuh Rasulullah saat beliau bayai. Nah? Apa motivasinya hingga Zaid begitu bangga menikahi Ummu Aiman? Tentu kalimat Rasulullah yang berbunyi, "Barangsiapa ingin menikahi wanita ahli syurga, maka nikahilah Ummu Aiman!"

Jus Mangga Tilmisani: Kenangan, Kesetiaan

Pada suatu Ramadhan, Ustaz Umar At-Tilmisani diundang untuk menghadiri pertemuan di Iskandariah. Para pengundang menyiapkan hidangan berbuka puasa untuk beliau, Di antara hidangan tersebut terdapat jus mangga. Salah seorang ikhwan menyuguhkan segelas jus mangga kepada beliau. Beliau meminta maaf sambil mengatakan bahawa beliau tidak dapat menerima dan meminumnya.

Sebahagian hadirin memperhatikan adanya perubahan pada air muka beliau. Mereka pun bertanya, "Apakah ustaz alergi pada jus mangga. Ataukaj jus mangga bisa menganggu kesihatan ustaz?"

"Tidak..". jawab beliau.

Setelah berbuka, hadirin begitu penasaran mengapa beliau tidak mahu memnum jus mangganya. Mereka terus mendesak beliau untuk menjelaskannya.

"Apabila saya terlambat pulang kerja", kata beliau, "Al-Marhumah isteri saya selalu menunggu dengan sabar sembari menyiapkan dua gelas jus mangga. Kemudian kami berdua meminumnya bersama-sama. Sekarang, isteri saya sudah wafat. Saya tetap merasa berat untuk meminum jus mangga sendirian. Sya tak bisa meminumnya tanpa dia."

"Saya", lanjut beliau, "Selalu memohon kepada Allah agar Ia mempertemukan kami berdua di syurga. Lalu, kami dapat bersama-sama menikmati minuman syurga. Lalu, kami dapat bersama-sama menikmati minuman syurga.."

Subhanallah!

Petikan:
Agar Bidadari Cemburu Padamu karya Salim A. Fillah

Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (2 of 8)

Ibnu Khaldun dalam kitabnya yang berjudul “Muqaddimah” menjelaskan bagaimana naluri kepemilikan itu kemudian mendorong manusia bekerja dan berusaha. Hasil kerja tersebut apabila mencukupi kebutuhannya, dalam istilah agama disebut rizqi (rejeki) dan bila melebihinya disebut kasb (hasil usaha). Seorang penyair berkata :

Jika engkau punya ide, maka segera satukan tekad untuk melakukannya
Sebab rusaknya ide itu karena keraguan semata

Dengan demikian, kerja dan usaha merupakan dasar utama dalam memperoleh kecukupan dan kelebihan. Janganlah kita bermalas-malas, pesimis apalagi berputus asa dari rahmat-Nya. Andaikata rasa putus asa itu tiada akan pernah sirna, niscaya kehidupan ini akan menjadi gelap.

Kesulitan hidup akan berubah, belenggu kehidupan akan berujung pada kebahagiaan. Seandainya rasa takut itu kekal, maka jiwa manusia akan sia-sia. Sejatinya setiap ada ketakutan pasti akan berganti dengan ketenangan dan kedamaian. Andaikata kesedihan itu tiada berakhir, niscaya hati manusia akan berguncang. Hakikatnya, setiap kesedihan akan berujung pada suka cita.

Pandanglah dari celah pintu harap agar kita melihat alam yang terbuka, taman harapan yang menghijau dan kebahagiaan yang menyongsong; agar kita menyaksikan perhatian Tuhan menyelimuti diri kita, serta kelembutan-Nya mendekap kita.

Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadits-hadis beliau agar kita bekerja keras, tidak bersedih hati apalagi patah semangat.

َلأَنْ يَّأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِى بِحُرْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَـبِيْعُهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْـأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْمَنَعُـوْهُ

Salah seorang di antara kamu mengambil tali, kemudian membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya lalu dijualnya, sehingga ditutup Allah air mukanya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang, baik ia diberi atau ditolak.
(HR Bukhari)

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْـتَعِنْ بِاللهِ، وَلاَ تَعْجَزْ

Kerjakanlah sesuatu yang bermanfaat bagimu dengan sungguh-sungguh, memohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan patah semangat.

(HR Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad)

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap ragu-ragu untuk bertindak dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah bertindak (pesimis/putus asa) dan malas. Dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan penindasan (tindak semena-mena) orang-orang kepadaku.
(HR Abu Daud)

Dalam Al-Qur’an telah ditegaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib kita, jika kita tidak mau berusaha mengubahnya.

إِنَّ اللهَ لاَيُغَـيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتـّىٰ يُغَـيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِـهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS ar-Ra‘d [13] : 11)

Kalau di tempat kita berdomisili tidak ditemukan lapangan pekerjaan, Al-Qur’an menganjurkan kepada kita untuk berhijrah mencari tempat lain. Pasti kita akan menemukan di bumi ini, tempat perlindungan yang banyak rejekinyaز

Siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rejeki yang banyak. (QS an-Nisâ’ [4] : 100)

Tsabit ibn Zuhair berkata :

Jika seseorang tidak berusaha
Padahal nasibnya telah mengharuskannya berusaha
Dia telah menyia-nyiakan nasibnya itu, dan akan ditinggalkan
Namun orang yang bertekad baja tidak pernah menyerah pada ujian
Akan selalu melihat masalah dengan mata terbuka
Dia adalah penembus zaman, yang selalu bergerak
Jika ditutup satu pintu, dia akan menerobos pintu yang lain

‘Aidh al-Qarni berpesan, “Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja. Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan utuk menggapai hal-hal besar, niscaya Anda akan memiliki semangat dan tekad besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan hambatan.”

“Dengan semangat itu pula Anda akan dapat menembus setiap tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas untuk suatu tujuan hidup mulia. Ini dapat kita saksikan dalam kenyataan hidup. Siapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia akan merasa capek tatkala telah menyelesaikanya. Lain halnya dengan seorang peserta lomba empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya, jiwa hanya akan memberkan kadar semangat sesuai dengan kadar atau tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka, pikirkan setiap tujuan Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda selalu tinggi dan sulit dicapai,” kata ‘Aidh Al-Qarni meneruskan nasihatnya.


Daftar Pustaka :
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Lâ Tahzan – Jangan Bersedih”, Qisthi Press, Cetakan Ketiga puluh enam : Januari 2007
  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâniy
  • M. Quraish Shihab, Dr, “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Penerbit Mizan, Cetakan XIX : Muharram 1428H/ Februari 2007


Tulisan ini lanjutan dari : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (1 of 8)
Tulisan ini berlanjut ke : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (3 of 8)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

Wednesday, December 23, 2009

Syair Ibnu Jauzi

Wahai penghuni dunia, bersiaplah dan tunggulah hari perpisahan

Siapkanlah bekal untuk perjalanan, maka kamu akan mendapatkan teman

Tangisilah dosa-dosa dengan air mata yang mengalir dari mendung-mendung yang tebal

Wahai orang yang menyia-nyiakan waktunya, apakah kamu rela dengan apa yang telah hilang

Petikan:
Ringkasan Siyar A'lam An-Nubala' (Buku 4)

Syair Ibnu Asakir

Wahai jiwa celakalah kamu jika uban telah tumbuh

Maka untuk apakah bujuk rayu dan untuk apa pernyataan cinta


Masa mudaku hilang dan masa tuaku bertahan


Seakan-akan jiwaku penuh dengan kealpaan

Sedangkan utusan kematian telah datang

Andai saja syairku sampai kepada orang yang kutuju

Dan Allah telah menetapkan takdir azaliku.


Petikan:
Ringkasan Siyar A'lam An-Nubala' (Buku 4)

Monday, December 21, 2009

Dua Program Bersama Dr Wahbah Az-Zuhaily

1. Simposium Fiqh Masyarakat Bukan Islam Di Malaysia

Tarikh:
23 - 24 Disember 2009

Masa:
8.30 pagi - 5.00 petang

Tempat:
Dewan Annex, Dewan Undangan Negeri Selangor,
Shah Alam

Anjuran:
Persatuan Ulama Malaysia Cawangan Selangor (PUMSEL)
kerjasama
Jabatan Agama Islam Negeri Selangor (JAIS)


2. Program Bersama Dr Wahbah Az-Zuhaily Di Masjid Shah Alam

Tarikh:
23 Disember 2009

Masa:
Selepas solat maghrib

Tempat:
Masjid Negeri Shah Alam, Selangor

Antara Dua Kasih - UNIC

Hayati lagu ini... (Video kreativi saya)

Deru ombak pecah berderai
Mengulang pantai datang dan pergi
Begitu kasih insan diibaratkan
Bagai ombak merubah pantai

Tika kasih melestarikan sayang
Semuanya indah dipandang mata
Pabila rasa benci terbit di hati
Rasa kasih dan sayang pun menyisih

Tanda kasih yang abadi
Dalam senang jua dalam kesempitan
Kasih Ilahi tiada bersempadan
Tak memilih siapa tidak berakhir
Kekal selamanya

Di antara dua kasih
Di maqamnya yang berbeza
Mudah dijumpa namun sukar untuk diperlihara
Lahir dari ketulusan jiwa bersuluhkan iman
Namun nafsu menodainya

Terkadang kasih kita sesama insan
Bisa mengundang keredhan Tuhan
jika insan menghargainya
Dan memuliakannya

Kasih sayang Allah kekal selamanya
Kasih manusia hanya sementara

Deru ombak pecah berderai
Mengulang pantai datang dan pergi
Begitu kasih insan diibaratkan
Bagai ombak merubah pantai

Lagu: Abai Os
Lirik: Alif Lam Ra

Toggle