Monday, February 8, 2010

MENGHAFAL AL-QURAN DI USIA DEWASA, SIAPA TAKUT? (1)

Belakangan ini saya sering ditanya beberapa teman perihal keinginan mereka untuk menghafal al-Quran di usia dewasa (sekitar 20 – 50 tahun). Fenomena ini cukup marak belakangan ini, sampai-sampai salah seorang dosen saya di S3 UIN Malang dengan usia di atas 50 tahun, padahal selama ini dipandang berpikiran liberal, mengatakan: “saya sekarang menghafalkan al-Quran, berapapun dapatnya tidak masalah, sebab Allah menghargai proses bukan hasil. Cita-cita saya sebelum meninnggal, kalau bisa semua ayat al-Quran sudah pernah dihafal.” Demikian juga salah seorang pembantu rektor di Universitas Negeri Malang, secara implisit bertanya pada saya tentang tata cara menghafal dan menjaga al-Quran di usia dewasa.Dua tahun yang lalu, saya mengikuti acara khataman di rumah P. Asrukin (pegawai Perpustakaan UM), di sana bertemu orang “sepuh” dari Kepanjen Malang yang sedang menghafal al-Quran sejak usia 55 tahun, waktu itu baru dapat menghafal 25 juz. Di Pesantren Darul Quran Singosari Malang, juga pernah kedatangan santriwati berusia 50-an tahun dari Jember.

Cerita di atas menggambarkan betapa ada banyak orang yang ingin menghabiskan sisa usianya untuk berkhidmat pada Allah melalui Al-Quran. Saya sendiri pernah merenung, saat baru lulus dari Madrasah Aliyah dulu: “apa kelak yang akan saya lakukan ketika mata sudah tak jelas memandang, ketika tenaga tak lagi kuat untuk bekerja, ketika semua kebutuhan materi dan cita-cita sudah terpenuhi, dan ketika hidup sudah diintip maut? Saya teringat pesan guru bahwa orang yang banyak hafalan al-Quran tidak akan pikun di usia senja dan tak akan pernah kesepian dalam situasi apapun. Lalu terbersit dalam pikiran, saya harus menghafal selagi masih diberi kekuatan, tuntutan kuliah dan nikah antri dulu di belakang. Apa yang saya renungkan, mungkin juga sama dengan renungan banyak orang sehingga usia tidak lagi halangan untuk mulai menghafal al-Quran.

Hafal al-Quran adalah sebuah anugerah agung yang tak ternilai dengan apapun. Segala unsur pendukungnya juga anugerah seperti niat/motivasi untuk menghafal. Tidak semua orang dikarunia keinginan (Himmah) untuk itu. Himmah inilah yang akan mengobarkan api semangat dalam jiwa, ia akan mengalahkan kepentingan apapun.

No comments:

Post a Comment

Toggle