Showing posts with label kerja keras. Show all posts
Showing posts with label kerja keras. Show all posts

Friday, January 22, 2010

Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (6 of 8)

Dalam sebuah konsultasi bisnis, Mario Teguh menasihatkan bahwa kita harus menjadi orang baik. Orang baik akan dimuliakan, akan ada pekerjaan langit yang membantu orang baik. Bila ada orang beriman namun masih miskin, berarti cara-caranya yang kurang baik, mungkin pelayanan kepada orang lain yang kurang baik serta kurang memberi keuntungan dan manfaat pada orang lain.


Jadikanlah diri kita pribadi yang 3D (Disukai, Diterima dan Dipercaya). Selain itu, janganlah kita memandang diri ini apa adanya, pandanglah diri ini sebagaimana bisa jadinya. Jangan pula kita membatasi apa yang bisa kita lakukan, karena hal itu akan membatasi apa yang bisa kita capai. Marilah kita berdoa agar diberi kemampuan yang sesuai dengan tugas yang kita emban. Janganlah kita berdoa agar diberi tugas yang sesuai dengan kemampuan kita.


Berikut ini 3 Super Steps yang beliau nasihatkan, sebagai langkah agar kita berhasil dalam hidup ini :

  • Jujur
    Jadilah pribadi yang jujur. Kejujuran adalah citra terbaik. Orang jujur tidak selalu kaya, tetapi hidupnya tidak merugi. Saat orang jujur menjadi kaya, hidupnya pasti penuh berkah. Yang sebetulnya kita hormati adalah orang jujur yang pandai, bukan orang pandai yang jujur. Karena, hormat kita akan hilang bila terbukti seorang yang pandai itu tidak jujur. Tetapi, kekurangan apa pun pada pribadi yang jujur, tidak akan menghapus hormat kita kepadanya, apalagi bila dia memiliki kelebihan yang penting bagi kebaikan orang lain.

    Yang menghormati orang kaya yang tidak jujur, selalu adalah orang yang mengharapkan pembagian dari harta yang tidak jujur itu. Tetapi, orang miskin yang jujur, bahkan juga yang kaya dan jujur, selalu menerima aliran doa dari hati yang tak terhitung jumlahnya.

    Bila ada harta yang bisa dicapai dengan ketidakjujuran, itu berarti bahwa sebenarnya ada harta yang juga bisa dicapai dengan kebaikan, bila saja kita mau bersabar. Maka, bersabarlah. Karena mungkin, lambatnya kedatangan harta yang baik itu sebenarnya pemisah antara kita yang baik dan mereka yang mencacatkan dirinya sendiri. Hati yang jernih bisa mengerti bahwa kemampuan yang terhormat adalah sumber dari kekayaan yang mengharukan.

    Hormat kepada diri sendiri adalah pembentuk keberanian pribadi yang sebenarnya. Orang yang tidak jujur, ternyata juga tidak menghormati orang yang tidak jujur. Seorang penjahat pun membutuhkan orang jujur untuk mengelola keuangannya.

    Hati yang jujur menghasilkan tindakan-tindakan yang jujur pula. Hati kita tidak mungkin mengharapkan selain kekayaan yang dalam keutuhannya tercerminkan senyum dari Yang Maha Memberkati. Sebaliknya, mengharapkan keuntungan tidak jujur adalah awal dari kerugian. Maka, pilihlah kejujuran.

  • Kerja keras
    Kendaraan menuju keberhasilan adalah kerja keras. Mereka yang menolak untuk bekerja keras, karena telah menemukan konsep bekerja cerdas, masih tetap diharuskan untuk bekerja keras dalam kecerdasannya. Lalu kerja keras itu membutuhkan tenaga untuk bergerak maju, dan itu yang kita sebut kesungguhan.

    Tidak ada orang yang teratur menolak untuk bekerja keras, yang pantas bagi nasib baik. Tetapi, tidak ada orang yang teratur bekerja keras, yang tidak berhak bagi nasib baik. Lalu, dia yang malas bekerja keras, harus rajin berlatih meminta-minta. Dan, dia yang menghindari kerja keras saat muda, akan dipaksa bekerja keras di masa tua.

    Itu sebabnya, bekerja saja tidak cukup. Kita harus bekerja keras. Bekerja keras itu mulia, karena bahkan saat kita bekerja keras pada sesuatu yang tidak menghasilkan, kita akan tetap diuntungkan oleh penampilan dari kesungguhan kita, dan kita akan tetap diuntungkan oleh latihan baik yang kita dapatkan di dalam bekerja keras itu.

    Bila tidak ada orang yang memperhatikan kerja keras kita, sadarilah bahwa langit sedang lekat memperhatikan kita. Janganlah berkecil hati dengan kecil dan lambatnya hasil dari kerja keras kita, karena cinta kasih di langit itu dibangun dari keharuan yang syahdu kepada mereka yang tetap setia kepada kerja kerasnya, walaupun apa pun.

    Bersabarlah, karena akan pasti datang penuntun bagi penepatan kerja kita. Dan karenanya dan karena kita, akan tumpah semua rahmat yang selama ini tertunda dengan sebuah maksud. Janganlah lupa bahwa alam tidak pernah berlaku tanpa sebuah maksud yang pasti. Kita harus bekerja keras. Dan, kita pasti akan cepat setuju bahwa bekerja keras pada pilihan pekerjaan yang tepat, akan menghasilkan hadiah yang dapat membiayai pencapaian dari impian-impian yang lebih besar.

    Bekerja keras sesaat, hanya cukup untuk pencapaian hasil sesaat. Tetapi, hidup kita ini adalah barisan panjang dan tak berjeda dari banyak saat. Hanya dia yang memiliki disiplin pribadi yang baik, yang akan memastikan dirinya bekerja keras pada pekerjaan yang tepat di setiap saat. Maka bekerja keras di sepanjang semua saat itu, adalah pembangun dan pembentuk kehidupan ini.

  • Mudah dibantu
    Banyak orang curiga dirinya tidak disayangi dan tidak dibantu. Bagaimana kalau kita menjadikan diri kita disayangi dan dibantu. Adakalanya orang mempersulit dirinya dibantu orang lain, mungkin karena gengsi, yang membantu lebih muda, sombong atau merasa diri hebat sehingga tidak perlu bantuan orang.

    Tanda-tanda kita disayangi Tuhan adalah ketika kita disayangi manusia, diperhatikan manusia. Rejeki itu datangnya lewat orang. Jadi jika orang itu memudahkan rejeki bagi kita, ada ijin dari langit.

    Jadilah pribadi yang mudah dibantu. Salah satu caranya dengan mudah menerima nasihat. Jangan membantah saat diberi nasihat dengan mengatakan, ”Ya, tapi kan...”, ”Ya, kalau...”

Tulisan ini lanjutan dari : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (5 of 8)
Tulisan ini berlanjut ke : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (7 of 8)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

Friday, December 25, 2009

Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (2 of 8)

Ibnu Khaldun dalam kitabnya yang berjudul “Muqaddimah” menjelaskan bagaimana naluri kepemilikan itu kemudian mendorong manusia bekerja dan berusaha. Hasil kerja tersebut apabila mencukupi kebutuhannya, dalam istilah agama disebut rizqi (rejeki) dan bila melebihinya disebut kasb (hasil usaha). Seorang penyair berkata :

Jika engkau punya ide, maka segera satukan tekad untuk melakukannya
Sebab rusaknya ide itu karena keraguan semata

Dengan demikian, kerja dan usaha merupakan dasar utama dalam memperoleh kecukupan dan kelebihan. Janganlah kita bermalas-malas, pesimis apalagi berputus asa dari rahmat-Nya. Andaikata rasa putus asa itu tiada akan pernah sirna, niscaya kehidupan ini akan menjadi gelap.

Kesulitan hidup akan berubah, belenggu kehidupan akan berujung pada kebahagiaan. Seandainya rasa takut itu kekal, maka jiwa manusia akan sia-sia. Sejatinya setiap ada ketakutan pasti akan berganti dengan ketenangan dan kedamaian. Andaikata kesedihan itu tiada berakhir, niscaya hati manusia akan berguncang. Hakikatnya, setiap kesedihan akan berujung pada suka cita.

Pandanglah dari celah pintu harap agar kita melihat alam yang terbuka, taman harapan yang menghijau dan kebahagiaan yang menyongsong; agar kita menyaksikan perhatian Tuhan menyelimuti diri kita, serta kelembutan-Nya mendekap kita.

Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadits-hadis beliau agar kita bekerja keras, tidak bersedih hati apalagi patah semangat.

َلأَنْ يَّأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِى بِحُرْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَـبِيْعُهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْـأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْمَنَعُـوْهُ

Salah seorang di antara kamu mengambil tali, kemudian membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya lalu dijualnya, sehingga ditutup Allah air mukanya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang, baik ia diberi atau ditolak.
(HR Bukhari)

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْـتَعِنْ بِاللهِ، وَلاَ تَعْجَزْ

Kerjakanlah sesuatu yang bermanfaat bagimu dengan sungguh-sungguh, memohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan patah semangat.

(HR Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad)

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap ragu-ragu untuk bertindak dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah bertindak (pesimis/putus asa) dan malas. Dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan penindasan (tindak semena-mena) orang-orang kepadaku.
(HR Abu Daud)

Dalam Al-Qur’an telah ditegaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib kita, jika kita tidak mau berusaha mengubahnya.

إِنَّ اللهَ لاَيُغَـيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتـّىٰ يُغَـيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِـهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS ar-Ra‘d [13] : 11)

Kalau di tempat kita berdomisili tidak ditemukan lapangan pekerjaan, Al-Qur’an menganjurkan kepada kita untuk berhijrah mencari tempat lain. Pasti kita akan menemukan di bumi ini, tempat perlindungan yang banyak rejekinyaز

Siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rejeki yang banyak. (QS an-Nisâ’ [4] : 100)

Tsabit ibn Zuhair berkata :

Jika seseorang tidak berusaha
Padahal nasibnya telah mengharuskannya berusaha
Dia telah menyia-nyiakan nasibnya itu, dan akan ditinggalkan
Namun orang yang bertekad baja tidak pernah menyerah pada ujian
Akan selalu melihat masalah dengan mata terbuka
Dia adalah penembus zaman, yang selalu bergerak
Jika ditutup satu pintu, dia akan menerobos pintu yang lain

‘Aidh al-Qarni berpesan, “Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja. Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan utuk menggapai hal-hal besar, niscaya Anda akan memiliki semangat dan tekad besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan hambatan.”

“Dengan semangat itu pula Anda akan dapat menembus setiap tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas untuk suatu tujuan hidup mulia. Ini dapat kita saksikan dalam kenyataan hidup. Siapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia akan merasa capek tatkala telah menyelesaikanya. Lain halnya dengan seorang peserta lomba empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya, jiwa hanya akan memberkan kadar semangat sesuai dengan kadar atau tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka, pikirkan setiap tujuan Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda selalu tinggi dan sulit dicapai,” kata ‘Aidh Al-Qarni meneruskan nasihatnya.


Daftar Pustaka :
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Lâ Tahzan – Jangan Bersedih”, Qisthi Press, Cetakan Ketiga puluh enam : Januari 2007
  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâniy
  • M. Quraish Shihab, Dr, “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Penerbit Mizan, Cetakan XIX : Muharram 1428H/ Februari 2007


Tulisan ini lanjutan dari : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (1 of 8)
Tulisan ini berlanjut ke : Sudah Beriman, Mengapa Hidup Masih Miskin? (3 of 8)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

Toggle